Maia Estianty: Ingat Dulu, Aku Diusir, Baju, Koper-koper Dibuang, Dilempar

Pada 2010, Bintang menghampiri Maia Estianty di rumah kontrakannya seluas 300 meter di kawasan Pondok Indah, Jakarta.


Pascaperceraian, di sanalah Maia tinggal bersama ibunya, Kusthini, dan sepupunya.

“Kalau ingat dulu itu, aku mengelus dada. Kami diusir seperti itu. Baju, koper-koper dibuang, dilempar begitu saja. Sidang berjalan sampai puluhan kali. Kami buru-buru pindah kemari. Untuk sementara kami mengontrak. Enggak apa-apa, enggak terlalu besar. Sederhana saja. Yang penting tenang. Aku bilang kepada Maia, kamu harus bangkit, tunjukkan kamu juga mampu hidup sendiri,” cerita Kusthini yang mendampingi Maia saat kami wawancarai kala itu.

Di rumah itu Maia mati-matian berusaha menata hidupnya lagi. Sambil manggung ia membangun perusahaan rekamannya sendiri yang dilabeli Le Moesiek. Dia bersikeras, tak ada cara lebih baik mengobati hati selain dengan menyibukkan diri dan berkarya.

“Mau ngapain lagi? Mau menangis terus di kamar? Atau merenung terus, anak-anak bagaimana, kok aku yang menang, tapi yang mengambil bapak mereka? Terus bengong. Atau curhat sana, curhat sini, buat apa? Yang ada aku enggak punya uang, enggak bisa hidup. Lebih baik mengalihkan energi ke hal positif,” tukas Maia.

Menurut keputusan pengadilan pada 28 September 2008, hak asuh Al, El, dan Dul dimenangkannya. Namun tetap saja ketiga anak itu tak dapat dijangkau Maia.

Baru pada 2012 Dhani memberinya kesempatan bertemu anak-anak dan setahun kemudian Mahkamah Agung memutuskan Al, El, dan Dul bebas memilih dengan siapa mereka mau tinggal.

BACA SUMBER